BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Kurikulum
merupakan proses pengalaman pembelajaran yang dirancang atau direncanakan yang
telah melalui pembimbingan serta hasil pembelajaran yang diinginkan yang telah
dibentuk secara sistematik melalui pembinaan semua materi yang ada dan
pengalaman di sekolah, sehingga guru dapatdituntut tanggung jawabnya terhadap
kurikulum yang telah ada.
Penafsiran konsep kurikulum bagi peneliti dan praktisi
pendidikan dapat berbeda satu sama lain. Secara umum, konsep kurikulum dapat didefinisikan
sebagai suatu spesifik rangkaian pengetahuan, keterampilan dan kegiatan untuk
disampaikan kepada siswa. Penafsiran lain, konsep kurikulum dapat didefinisikan
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan sebagai panduan guru untuk
mengajar dan siswa untuk belajar.
Model konsep kurikulum sangat mewarnai
pendekatan yang diambil dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis,
model konsep kurikulum merupakan dasar pengembangan kurikulum. Atau dengan kata
lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-konsep kurikulum
yang ada.
Perkembangan konsep kurikulum selalu mengikuti
perkembangan zaman dan pada setiap negara sangat terkait dengan kebijakan yang
diambil oleh penguasa. Khususnya di Indonesia, kurikulum selalu mengalami
perubahan. Pada saat ini telah muncul Kurikulum 2006 atau kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari Kurikulum
2004 yang terakhir yaitu Kurikulum 2013. Sesuai dengan tuntunan zaman sekarang ini yang mengharuskan
setiap manusia siap, otomatis pendidikan mmempunyai peranan yang amat
penting.Pastinya baik, bermutu tidaknya sebuah institusi pendidikan sangat
bergantung pada system kurikulumnya.
1.1. Rumusan Masalah
Dalam kesempatan
kali ini kami akan mencoba memaparkan beberapa poin tersebut dibawah ini :
1.
Bagaimana
Pendekatan Kurikulum Subjek Akademik ?
2.
Bagaimanakah ciri
kurikulum subjek akademik ?
3.
Seperti apa
publikasi kurikulum subjek akademik ?
4.
Apakah yang
menjadi landasan dari kuriulum Subyek Akademik
5.
Apakah yang
menjadi tiore pendekatan kurikulum subjek akademik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kurikulum subjek akademis ialah model kurikulum dari
teori pendidikan klasik kurikulum subyek akademis bersumber dari pendidikan
klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua
pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi
pendidikan memelihara dan mewariskan budaya masa lalu tersebut kurikulum ini
lebih mengutamakan isi pendidikan. Kurikulum sebagai bahan ajar adalah gambaran kurikulum yang
paling tradisional.
B.
Landasan-landasan Pendidikan
Landasan Pendidikan diselenggarakan
berdasarkan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat,
termasuk di Indonesia. Kajian ketiga landasan itu (filsafat, sosiologis dan
kultural) akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan wawasan dan
pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
Selanjutnya, ada dua landasan lain
yang selalu erat kaitannya dalam setiap upaya pendidikan, utamanya pengajaran,
yakni landasan psikologis yang akan membekali tenaga kependidikan dengan
pemahaman perkembangan peserta didik dan cara-cara belajarnya, dan landasan
IPTEK yang akan membekali tenaga kependidikan tentang sumber bahan ajaran.
1.
Landasan Filosofis
Landasan
filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, misalnya apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan,
dan apa tujuan pendidikan itu. Pembahasan mengenai semua ini berkaitan dengan
pandangan filosofis tertentu.Filsafat menelaah sesuatu secara radikal sampai
seakar-akarnya, menyeluruh dan konseptual, yang menghasilkan konsep-konsep
mengenai kehidupan dan dunia.Landasan filosofis terhadap pendidikan dikaji
terutama melalui filsafat pendidikan, yang mengkaji pendidikan dari sudut
filsafat.Misalnya mungkinkah pendidikan diberikan kepada manusia, apakah
pendidikan bukan merupakan keharusan, mengapa?Kemungkinan pendidikan diberikan
kepada manusia bahkan harus diberikan, berkaitan dengan pandangan mengenai hakikat
manusia.Bahasan
mengenai hakikat manusia itu, dapat dijawab melalui kajian filosofis.Pendidikan
itu mungkin diberikan dan bahkan harus, karena manusia adalah makhluk
individualitas, makhluk sosialitas, makhluk moralitas, makhluk personalitas,
makhluk budaya, dan makhluk yang belum jadi.Essensialisme, perenialisme,
pragmatisme, progresivisme, rekonstruksionalisme, dan pancasila adalah
merupakan aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi pandangan, konsep dan
praktik pendidikan.
a.
Essensialisme
Essensialisme
merupakan aliran atau mazab pendidikan yang menerapkan filsafat idealisme dan
realisme secara eklektis. Mazab ini mengutamakan gagasan-gagasan yang terpilih,
yang pokok-pokok, yang hakiki ( essensial ), yaitu liberal arts. Yang termasuk
the liberal arts adalah bahasa, gramatika, kesusasteraan, filsafat, ilmu
kealaman, meatematika, sejarah dan seni.
b.
Perenialisme
Perenialisme
hampir sama dengan essensialisme, tetapi lebih menekankan pada keabadian atau
ketetapan atau kehikmatan ( perennial = konstan ). Yang abadi adalah :
1.
pengetahuan yang benar,
2. keindahan, dan
3. kecintaan kepada kebaikan. Prinsip-prinsip
pendidikannya:
a. pendidikan yang abadi,
b. inti pendidikan mengembangkan
keunikan manusia yaitu
kemampuan
berfikir,
c. tujuan belajar mengenalkan kebenaran
abadi dan universal,
d. pendidikan merupakan persiapan bagi hidup yang
sebenarnya,
e. kebenaran abadi diajarkan melalui
pelajaran dasar, yang mencakup bahasa, matematika, logika, IPA dan sejarah.
c.
Pragmatisme dan Progresivisme
Pragmatisme
mazab filsafat yang menekankan pada manfaat atau kegunaan praktis.
Progredivisme mazab filsafat yang menginginkan kemajuan, mengkritik,
essensialisme dan perenialisme karena mengutamakan pewarisan budaya masa lalu,
menggunakan prinsip pendidikan antara lain:
(1)
anak hendaknya diberi kebebasan,
(2)
gunakan pengalaman langsung,
(3)
guru bukan satu-satunya,
(4)
sekolah hendaknya progresif menjadi laboratorium untuk
melakukan berbagai pembaharuan pendidikan dan
eksperimentasi.
d.
Rekonstruksionisme
Mazab
rekonstruksionisame merupakan kelanjutan dari progresivisme.Mazab ini
berpandangan bahwa pendidikan/ sekolah hendaknya memelopori melakukan
pembaharuan kembali atau merekonstruksi kembali masyarakat agar menjadi lebih
baik.Karena itu pendidikan/sekolah harus mengembangkan ideologi kemasyarakatan
yang demokratis.
1.
Pancasila
Bahwa
pancasila merupakan mazab filsafat tersendiri yang dijadikan landasan
pendidikan, bagi bangsa Indonesia dituangkan dalam Undang-undang pendidikan
yang berlaku. UU No. 2 tahun 1989 tentang Sisdiknas (akan segera diubah )
mengaturnya dalam pasal
2. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila
dan UUD 1945.
Demikian pula dalam GBHN-GBHN yang
pernah dan sedang
berlaku, biasa ditetapkan dasar
pendidikan pancasila ini.
2.
Landasan Sosiologis
Pada
bagian depan telah dikemukakan bahwa manusia selalu hidup bersama dengan
mwnusia lain. Kajian-kajian sosiologis telah dikemukakan pada waktu membahas
hakikat masyarakat.Masyarakat dengan berbagai karakteristik sosiokultural
inilah yang juga dijadikan landasan bagi kegiatan pendidikan pada suatu masyarakat
tertentu.Bagi bangsa Indonesia, kondisi sosiokultural bercirikan dua, yaitu
secara horisontal ditandai oleh kesatuan-kesatuan sosial sesuai dengan suku,
agama adat istiadat dan kedaerahan.Secara vertikal ditandai oleh adanya
perbedaan-perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas, menengah dan
bawah.Fenomina-fenomina sosial dan struktur sosial yang ada pada masyarakat
Indonesia sangat berkaitan dengan pendidikan sebagaimana telah diuraikan di
muka.
3.
Landasan Kultural
Saling
pengaruh antara pendidikan dengan kebudayaan juga telah dikemukakan ketika
membahas kaitan kebudayaan dengan pendidikan.Kebudayaan tertentu diciptakan
oleh orang di masyarakat tertentu tersebut atau dihadirkan dan diambil oper
oleh masyarakat tersebut dan diwariskan melalui belajar/pengalaman terhadap
generasi berikutnya.Kebudayaan seperti halnya sistem sosial di masyarakat
meruoakan kondisi esensial bagi perkembangan dan kehidupan orang.
Proses dan
isi pendidikan akan memberi bentuk kepribadian yang tumbuh
dan
pribadi-pribadi inilah yang akan menjadi pendukung,
pewaris, dan penerus kebudayaan,
secara ringkas adalah:
(1)
kebudayaan menjadi kondisi belajar,
(2) kebudayaan memiliki daya dorong, daya rangsang
adanya respon-
respon tertentu,
(3) kebudayaan memiliki sistem
ganjaran dan hukuman terhadap
perilaku tertentu sejalan dengan sistem nilai yang berlaku, dan
(4) adanya
pengulangan pola perilaku tertentu dalam kebudayaan.
Tanpa
pendidikan budaya dan manakala pendidikan budaya tersebut terjadi tetapi gagal,
yang kita saksikan adalah kematian atau berakhirnya suatu kebudayaan.
4.
Landasan Psikologis
Pendidikan
selalu terkait dengan aspek kejiwaan manusia, sehingga pendidikan juga
menggunakan landasan psikologis, bahkan menjadi landasan yang sangat penting,
karena yang digarap oleh pendidikan hampir selalu berkaitan dengan aspek
kejiwaan manusia.Ketika membahas hakikat manusiapun ada pandangan-pandangan
psikologik, seperti behaviorisme, humanisme dan psikologi terdapat cukup
banyak. Contoh, tipe-tipe manusia yang dikemukakan oleh Eduard Spranger, ia
menyebut ada enam tipe manusia, yaitu manusia tipe teori, tipe ekonomi, tipe
keindahan ( seni ), tipe sosial, tipe politik dan tipe religius. Model-model
belajar juga dikemukakan oleh para psikolog seperti Skinner, Watson, dan
Thorndike.Bahwa manusia mempunyai macam-macam kebutuhan dikemukakan misalnya
oleh Maslow.Perkembangan peserta didik dengan tugas-tugas perkembangan terkait
dengan pola pendidikan.Sifat-sifat kepribadian dengan tipe-tipenya
masing-masing, juga terkait dengan pendidikan. Karakteristik jiwa manusia
Indonesia bisa jadi berbeda dengan bangsa Amerika ( Barat ), maka pendidikan
menggunakan landasan psikologis.
5.
Landasan Ilmiah dan Teknologi serta
Seni
Pendidikan
dan IPTEKS mempunyai kaitan yang sangat erat, karena IPTEKS merupakan salah
satu bagian dari sisi pengajaran, jadi pendidikan sangat penting dalam rangka
pewarisan atau tranmisi IPTEKS, sementara pendidikan itu sendiri juga
menggunakan IPTEKS sebagai media pendidikan.IPTEKS yang selalu berkembang
dengan pesat harus diikuti terus oleh pendidikan, sebab kalau tidak maka
pendidikan menjadi sangat ketinggalan dengan IPTEKS yang sudah berkembang di
masyarakat. Cara-cara memperoleh dan mengembangkan ilmu (epistemologi ) dibahas
dalam pendidikan, hingga pemanfaatan ilmu bagi umat manusia, kaitan ilmu dengan
moral, politik, dan sosial menjadi tugas pendidikan.
C. Pendekatan Kurikulum Subjek Akademis
Model kurikulum ini adalah
model yang tertua, sejarah yang pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe
ini. Sampai sekarang, walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah
tidak dapat melepaskan tipe ini. Kurikulum subjek akademis bersumber dai
pendidikan klasik parenialisme dan esensialisme yang berorientasi pada masa
lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang telah ditemukan oleh pemikir
masa lalu. Fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan hasil-hasil
budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.
Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil
dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi
pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Isi pendidikan diambil dari
setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli, masing-masing
telah mengembangkan ilmu secara sistematis, logis dan solid. Para pengembang
kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri.
Mereka tinggal memilih bahan materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli
disiplin ilmu, kemudian mengorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan
tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya. Guru
sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan penting. Mereka harus menguasai semua
pengetahuan yang ada dalam kurikulum. Ia harus menjadi ahli dalam bidang-bidang
studi yang diajarkannya. Lebih jauh guru dituntut bukan hanya
menguasai materi pendidikan, tetapi ia juga menjadi model bagi para siswanya.[2]
Karena kurikulum ini sangat
mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat intelektual.
Nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama
disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi, matematika dan sebagainya.
Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang
disampaikan dalam perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan proses
belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung
pada segi apa yang dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut.
Pendekatan subjek akademis
dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi
disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi
tertentu yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum
subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran
atau mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk
persiapan pengembangan disiplin ilmu.[3]
Menurut Sukamadinata, salah
satu contoh kurikulum yang berdasarkan struktur ini adalah MACOS, yang
merupakan kurikulum sekolah dasar, terdiri atas buku-buku, film, poster,
rekaman, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya. Kurikulum ini ditujukan
untuk mengadakan penyempurnaan tentang pengajaran ilmu sosial dan humanitas
dengan pengarahan dan bimbingan Bruner.[4]
Para pengembang kurikulum mengharapkan anak-anak dapat
menggali faktor-faktor penting yang akan menjadikan manusia sebagai manusia.
Melalui perbandingan dengan binatang, anak mengetahui keadaan biologis manusia.
Dengan membandingkan manusia dari suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya,
anak-anak akan mempelajari aspek-aspek universal dari kebudayaan manusia.
Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran
yang di intregasikan. Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode,
organisasi dan evaluasi. Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum
atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu
masing-masing. Para ahli akademis terus mencoba mengembangkan
sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia
pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk mengamati, hubungan
antara sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan kurikulum
subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata
pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan
untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Pendidikan agama Islam di sekolah meliputi aspek Al-quran/Hadist, keimanan,
akhlak, ibadah/muamalah, dan tarih/ sejarah umat Islam. Di madrasah,
aspek-aspek tersebut dijadikan sub-sub mata pelajaran PAI meliputi : Al-quran
Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlaq, dan sejarah. Kelemahan pendekatan ini adalah
kegagalan dalam memberikan perhatian kepada yang lainnya, dan melihat bagaimana
isi dan disiplin dapat membawa mereka pada permasalahan kehidupan modern yang
kompleks, yang tidak dapat dijawab oleh hanya satu ilmu saja.
Terdapat tiga pendekatan
dalam perkembangan kurikulum subjek akademis. Pendekatan pertama, melanjutkan
pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan
menguji fakta-fakta dan bukan sekedar mengingat-ingatnya. Pendekatan kedua,
adalah studi yang bersifat integratif. Pendekatan ini merupakan respons
terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang
lebih komprehensif-terpadu. Pelajaran tersusun atas satuan-satuan pelajaran,
dalam satuan-satuan pelajaran tersebut batas-batas ilmu menjadi hilang.
Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan atas fenomena-fenomena alam,
proses kerja ilmiah, dan problema-problema yang ada. ada beberapa ciri model
kurikulum yang dikembangkan.
1.
Menentukan
tema-tema yang membentuk satu kesatuan yang dapat terdiri atas ide atau konsep
besar yang dapat mencakup semua ilmu atau suatu proses kerja ilmu, fenomena
alam, atau masalah sosial yang membutuhkan pemecahan secara ilmiah.
2.
Menyatukan
kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu. Kegiatan belajar melibatkan isi
dan proses dari satu atau beberapa ilmu sosial atau perilaku yang mempunyai
hubungan dengan tema yang dipilih/dikerjakan.
3.
Menyatukan
berbagai cara/metode belajar. kegiatan belajar ditekankan pada pengalaman konkrit
yang bertolak dari minat dan kebutuhan murid serta disesuaikan dengan keadaan
setempat.
Pendekatan ketiga adalah
pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis. Mereka tetap
mengajar berdasarkan mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis dan
memecahkan masalah-masalah matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu
kealaman, ilmu sosial dan lain-lain
dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecahan masalah
dalam kehidupan.[6]
Jadi pendekatan subjek
akademis adalah pendekatan pengembangan kurikulum yang menitiktekankan pada
struktur ilmu dan sistematisasinya. Walaupun pendekatan ini mempunyai berbagai
cabang pendekatan, namun intinya tetap sama, yaitu mengembangkan kurikulum
dengan terlebih dahulu menetapkan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh
peserta didik.
1.
Ciri-Ciri Kurikulum dengan Pendekatan Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis
mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan
evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis ini adalah pemberian pengetahuan
yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian.
Dengan berpengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa diharapkan
memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat
yang lebih luas.[7]
Jadi para siswa harus belajar menggunakan pemikiran dan dapat mengontrol
dorongan-dorongannya. Siswa harus menguasai apa yang sudah ada, yang
berupa khasanah ilmu pengetahuan dari berbagai pakar, sebagaimana yang tertuang
dari buku.
Metode yang paling banyak digunakan
dalam kurikulum dengan pendekatan subjek akademik adalah metode ekspositori dan
inkuiri.[8] Ide-ide
diberikan guru kemudian dielaborasi siswa sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun dengan sistematis dan diberi ilustrasi
yang jelas untuk selanjutnya dikaji. Dengan metode yang penulis sebutkan di
atas, diharapkan siswa akan menjadi lebih mengerti tentang materi dan bisa
mengkaji materi juga menemukan solusi atas problematikanya sendiri.
Mengenai isi kurikulum,
para siswa rata-rata mempelajari buku-buku standar yang telah terkodifikasi
sejak lama, atau bahkan kitab-kitab klasik untuk memperkaya pengetahuan, serta
memahami budaya masa lalu dan mengerti keadaan masa kini. Sukamadinata
menyebutkan beberapa pola organisasi kurikulum dengan pendekatan subjek
akademis:
§
Correlated
Curriculum: pola organisasi materi atau konsep yang
dipelajari
dalam suatu pelajaran dikorelasikan
dengan pelajaran lainnya.
§
Unified
atau Concentrated Curriculum: pola organisasi
bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup
materi dari berbagai disiplin ilmu.
§ Integrated Curriculum,:
tidak adanya warna disiplin ilmu.
§
Problem
Solving curriculum; pola organisasi isi yang berisi topik
pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau
disiplin ilmu.
7
Tentang masalah evaluasi,
kurikulum dengan pendekatan subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang
bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang
studi humaniora lebih banyak digunakan bentuk uraian daripada test objektif.
Bidang studi tersebut membutuhkan jawaban yang merefleksikan logika, koherensi
dan integrasi secara menyeluruh. Bidang studi seni yang sifatnya ekspresi
membutuhkan penilaian subjektif yang jujur, di samping standar keindahan dan
cita rasa. Lain halnya dengan matematika, nilai tertinggi diberikan bila siswa
menguasai landasan aksioma serta cara penghitungannya benar. Dalam ilmu
kealaman penghargaan tertinggi bukan hanya diberikan kepada jawaban yang benar
tetapi juga pada proses berpikir yang digunakan siswa.8
2. Aplikasi Pendekatan Subjek Akademis dalam Pengembangan
Kurikulum PAI
Pendidikan
agama Islm di sekolah meliputi aspek al-Qur'an/hadits, keimanan, akhlak,
ibadah/muamalah, dan tarikh/sejarah umat Islam. Di madrasah, aspek-aspek
tersebut dijadikan sebagai sub-sub mata pelajaran PAI yang meliputi: mata
pelajaran al-Qur'an hadits, fiqih, aqidah akhlak dan sejarah kebudayaan Islam.
Terdapat
kedudukan dan hubungan yang erat antara mata pelajaran tersebut, yaitu: al-Qur'an hadits merupakan sumber utama
ajaran Islam dalam arti sumber aqidah, syariah dan akhlak, sehingga kajiannya
berada di setiap unsur tersebut. Aqidah atau keimanan merupakan akar atau pokok
agama. Syariah dan akhlak bertitik tolak dari aqidah, dalam arti sebagai
manifestasi dan konsekuensi dari aqidah. Syariah merupakan sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk
lainnya. Dalam hubungannya dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti khas dan
dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam
arti luas.
Akhlak
merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti
bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan hubungan
manusia dengan manusia lainnya itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup
manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh aqidah yang
kokoh. Sedangkan tarikh Islam merupaan perkembangan perjalanan hidup manusia
muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyari'ah dan berakhlak serta dalam
mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi aqidah.[9]
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun
kurikulum PAI dilakukan dengan berdasarkan sistematisasi disiplin ilmu.
Misalnya, untuk aspek keimanan atau mata pelajaran aqidah menggunakan
sistematisasi ilmu tauhid, aspek/mata pelajaran al-qur'an menggunakan sistematisasi
ilmu al-qur'an atau ilmu tafsir, akhlak menggunakan sistematisasi ilmu akhlak,
ibadah/syari'ah/muamalah menggunakan sistematisasi ilmu fiqih dan tarikh
menggunakan sistematisasi ilmu sejarah Islam. Masing-masing aspek/mata
pelajaran tersebut memiliki karakteristik tersendiri, yang dapat dipergunakan
untuk pengembangan disiplin ilmu yang lebih lanjut bagi para peserta didik yang
memiliki minat dibidangnya. Namun demikian, dalam pembinaannya harus
memperhatikan kaitan antara aspek/mata pelajaran yang satu dengan lainnya.
3.
Aliran pendidikan yang Relevan dengan kurikulum
Subjek Akademik
Model konsep kurikulum muncul sebagai implikasi dari
adanya berbagai aliran dalam pendidikan, karena kurikulum memiliki keterkaitan
yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan
mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan
berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan
4 (empat ) teori pendidikan, yaitu :
(1) pendidikan klasik;
(2) pendidikan pribadi;
(3) teori pendidikan interaksional
(4). teknologi pendidikan.6
Pertama aliran pendidikan klasik-tradisional yang melahirkan
konsep kurikulum rasionalisasi atau subjek akademis. Teori pendidikan klasik
berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme, Essensialisme, dan
Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya
memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini
lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau
materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan
para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam
prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta
didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas
dari pendidik. Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model
kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan
pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan
proses ”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri.
Kedua, aliran pendidikan pribadi melahirkan konsep
kurikulum aktualisasi diri atau humanistik. Teori pendidikan ini bertolak dari
asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu.
Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta
didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini,
peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya
menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong,
fasilitator dan pelayan peserta didik. Teori ini memiliki dua aliran yaitu
pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh
pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey – memandang bahwa peserta didik
merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman
peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi
terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya
itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih
merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai
dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal
dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang
setiap individu dalam keadaan fitrah,– memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan
ketulusan. Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model
kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas
kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan
proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan
yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
Ketiga, aliran pendidikan interaksionis melahirkan
konsep kurikulum rekontruksi sosial. Pendidikan interaksional yaitu suatu
konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk
sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya.
Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan
interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari
guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu,
interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan
dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini
terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar
lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman
eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat
menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi
pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial. Pendidikan
interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi
sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para
peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan
yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk
memecahkannya.
Keempat, aliran pendidikan teknologis melahirkoan
konsep kurikulum teknologi. Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan
yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan
dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam
tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan
kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan
budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim
ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif dan
keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi
disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan
dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar
secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan
pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan
barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur
belajar (director
of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada
penyampaian dan pendalaman bahan. Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk
pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan
memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui metode pembelajaran
individual, media buku atau pun elektronik, sehingga mereka dapat menguasai
keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kurikulum subyek
akademis bersumber dari konsep pendidikan klasik sensialisme dan perenialisme
yang berorietasi pada masa lalu.Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah
ditemukan oleh para pemikir masa lalu.Tugas pendidik adalah meneruskan dan
memelihara hasil-hasil budaya tersebut.Pendidikan ini mengutamakan isi
kurikulum yang terdiri atas disiplin-disiplin ilmu yang sudah tersusun secara
sistematis dan solid.Pengajaran lebih bersifat ekspsitori.Model kurikulum ini
lebih banyak dipakai karena penyusunannya lebih mudah, tinggal mengambil saja
dari berbagai disiplin ilmu yang sesuai.
1) Pendidikan
merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai oleh
keseimbangan anatara kedaulatan
subyek didik dengan kewibawaan
pendidik.
2) Pendidikan
merupakan usaha penyiapan subyek didik menghadapilingkungan hidup yang engalami
perubahan semakin pesat.
3) Pendidikan
mengandung tujuan tertentu, yaitu meingkatkan kualitaskehidupan pribadi
masyarakat.
4) Pendidikan
berlangsung seumur hidup untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan melakukan
usaha yang sengaja dan terencana dengan memilih materi, strategi kegiatan dan
teknikpenilaian yang sesuai.
5) Pendidikan
merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsipilmupengetahuan dan teknologi
bagi pembentukan manusia seutuhnya.
6) Kegiatan
tersebut dapat dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah
yaitu dikeluarga dan masyarakat
Daftar Isi
Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan
Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), 82.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Kencana, 2005), 140.
.Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum...,
83.
.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum…, 142
Siswoyo, Dwi,
dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta
UU Sikdiknas.
2006. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
UU Sisdiknas
No. 20 Tahun 2003.
UU Guru dan
Dosen. 2005. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Peraturan
Menteri Nomor 18 Tahun 2007, tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan
Peraturan Menteri
Nomor 11 Tahun 2005, tentang Buku Teks Pelajaran
Pidarta, Dr.
Made. 2000. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta
Peraturan
Menteri No
Mode pidarto, dkk.1991.usaha
menemukan konsep-konsep baru tentang ilmu pendidikan, ( HASIL PENELITIAN).
Pusat penelitian IKIP surabaya, surabaya
Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan
Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997),
82.
Muhaimin,
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2005), 140.
Sukamadinata,
Pengembangan Kurikulum..., 83.
4. Muhaimin,
Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi.( Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada,2010
) hlm.140
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum…,
142.