Rabu, 09 Juli 2014

contoh makalah konsep akademik



BAB I
PENDAHULUAN

1.       Latar Belakang
Kurikulum merupakan proses pengalaman pembelajaran yang dirancang atau direncanakan yang telah melalui pembimbingan serta hasil pembelajaran yang diinginkan yang telah dibentuk secara sistematik melalui pembinaan semua materi yang ada dan pengalaman di sekolah, sehingga guru dapatdituntut tanggung jawabnya terhadap kurikulum yang telah ada.
Penafsiran konsep kurikulum bagi peneliti dan praktisi pendidikan dapat berbeda satu sama lain. Secara umum, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu spesifik rangkaian pengetahuan, keterampilan dan kegiatan untuk disampaikan kepada siswa. Penafsiran lain, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan sebagai panduan guru untuk mengajar dan siswa untuk belajar.
Model konsep kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang diambil dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum merupakan dasar pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang ada.
Perkembangan konsep kurikulum selalu mengikuti perkembangan zaman dan pada setiap negara sangat terkait dengan kebijakan yang diambil oleh penguasa. Khususnya di Indonesia, kurikulum selalu mengalami perubahan. Pada saat ini telah muncul Kurikulum 2006 atau kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 yang terakhir yaitu Kurikulum 2013. Sesuai dengan tuntunan zaman sekarang ini yang mengharuskan setiap manusia siap, otomatis pendidikan mmempunyai peranan yang amat penting.Pastinya baik, bermutu tidaknya sebuah institusi pendidikan sangat bergantung pada system kurikulumnya.

1.1.  Rumusan Masalah
Dalam kesempatan kali ini kami akan mencoba memaparkan beberapa poin tersebut dibawah ini :
1.      Bagaimana Pendekatan Kurikulum Subjek Akademik ?
2.      Bagaimanakah ciri kurikulum subjek akademik ?
3.      Seperti apa publikasi kurikulum subjek akademik ?
4.      Apakah yang menjadi landasan dari kuriulum Subyek Akademik
5.      Apakah yang menjadi tiore pendekatan kurikulum subjek akademik






















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian
Kurikulum subjek akademis ialah model kurikulum dari teori pendidikan klasik kurikulum subyek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan budaya masa lalu tersebut kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Kurikulum sebagai bahan ajar adalah gambaran kurikulum yang paling tradisional.
B.       Landasan-landasan Pendidikan

Landasan Pendidikan diselenggarakan berdasarkan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia. Kajian ketiga landasan itu (filsafat, sosiologis dan kultural) akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
Selanjutnya, ada dua landasan lain yang selalu erat kaitannya dalam setiap upaya pendidikan, utamanya pengajaran, yakni landasan psikologis yang akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan peserta didik dan cara-cara belajarnya, dan landasan IPTEK yang akan membekali tenaga kependidikan tentang sumber bahan ajaran.

1.      Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, misalnya apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, dan apa tujuan pendidikan itu. Pembahasan mengenai semua ini berkaitan dengan pandangan filosofis tertentu.Filsafat menelaah sesuatu secara radikal sampai seakar-akarnya, menyeluruh dan konseptual, yang menghasilkan konsep-konsep mengenai kehidupan dan dunia.Landasan filosofis terhadap pendidikan dikaji terutama melalui filsafat pendidikan, yang mengkaji pendidikan dari sudut filsafat.Misalnya mungkinkah pendidikan diberikan kepada manusia, apakah pendidikan bukan merupakan keharusan, mengapa?Kemungkinan pendidikan diberikan kepada manusia bahkan harus diberikan, berkaitan dengan pandangan mengenai hakikat manusia[1].Bahasan mengenai hakikat manusia itu, dapat dijawab melalui kajian filosofis.Pendidikan itu mungkin diberikan dan bahkan harus, karena manusia adalah makhluk individualitas, makhluk sosialitas, makhluk moralitas, makhluk personalitas, makhluk budaya, dan makhluk yang belum jadi.Essensialisme, perenialisme, pragmatisme, progresivisme, rekonstruksionalisme, dan pancasila adalah merupakan aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi pandangan, konsep dan praktik pendidikan.
a.       Essensialisme
Essensialisme merupakan aliran atau mazab pendidikan yang menerapkan filsafat idealisme dan realisme secara eklektis. Mazab ini mengutamakan gagasan-gagasan yang terpilih, yang pokok-pokok, yang hakiki ( essensial ), yaitu liberal arts. Yang termasuk the liberal arts adalah bahasa, gramatika, kesusasteraan, filsafat, ilmu kealaman, meatematika, sejarah dan seni.
b.      Perenialisme
Perenialisme hampir sama dengan essensialisme, tetapi lebih menekankan pada keabadian atau ketetapan atau kehikmatan ( perennial = konstan ). Yang abadi adalah :
1.  pengetahuan yang benar,
                   2.  keindahan, dan
                   3.  kecintaan kepada kebaikan. Prinsip-prinsip pendidikannya:

a.       pendidikan yang abadi,
b.      inti pendidikan mengembangkan keunikan manusia yaitu
kemampuan berfikir,
c.       tujuan belajar mengenalkan kebenaran abadi dan universal,
d.       pendidikan merupakan persiapan bagi hidup yang sebenarnya,
e.       kebenaran abadi diajarkan melalui pelajaran dasar, yang mencakup bahasa, matematika, logika, IPA dan sejarah.
c.       Pragmatisme dan Progresivisme
Pragmatisme mazab filsafat yang menekankan pada manfaat atau kegunaan praktis. Progredivisme mazab filsafat yang menginginkan kemajuan, mengkritik, essensialisme dan perenialisme karena mengutamakan pewarisan budaya masa lalu, menggunakan prinsip pendidikan antara lain:
(1) anak hendaknya diberi kebebasan,
(2) gunakan pengalaman langsung,
  (3) guru bukan satu-satunya,
(4) sekolah hendaknya progresif menjadi laboratorium untuk   
 melakukan berbagai pembaharuan pendidikan dan  
                          eksperimentasi.
d.      Rekonstruksionisme
Mazab rekonstruksionisame merupakan kelanjutan dari progresivisme.Mazab ini berpandangan bahwa pendidikan/ sekolah hendaknya memelopori melakukan pembaharuan kembali atau merekonstruksi kembali masyarakat agar menjadi lebih baik.Karena itu pendidikan/sekolah harus mengembangkan ideologi kemasyarakatan yang demokratis.
1.   Pancasila
Bahwa pancasila merupakan mazab filsafat tersendiri yang dijadikan landasan pendidikan, bagi bangsa Indonesia dituangkan dalam Undang-undang pendidikan yang berlaku. UU No. 2 tahun 1989 tentang Sisdiknas (akan segera diubah ) mengaturnya dalam pasal
2.   Pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
       Demikian pula dalam GBHN-GBHN yang pernah dan sedang
       berlaku, biasa ditetapkan dasar pendidikan pancasila ini.

2.      Landasan Sosiologis
Pada bagian depan telah dikemukakan bahwa manusia selalu hidup bersama dengan mwnusia lain. Kajian-kajian sosiologis telah dikemukakan pada waktu membahas hakikat masyarakat.Masyarakat dengan berbagai karakteristik sosiokultural inilah yang juga dijadikan landasan bagi kegiatan pendidikan pada suatu masyarakat tertentu.Bagi bangsa Indonesia, kondisi sosiokultural bercirikan dua, yaitu secara horisontal ditandai oleh kesatuan-kesatuan sosial sesuai dengan suku, agama adat istiadat dan kedaerahan.Secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas, menengah dan bawah.Fenomina-fenomina sosial dan struktur sosial yang ada pada masyarakat Indonesia sangat berkaitan dengan pendidikan sebagaimana telah diuraikan di muka.


3.      Landasan Kultural
Saling pengaruh antara pendidikan dengan kebudayaan juga telah dikemukakan ketika membahas kaitan kebudayaan dengan pendidikan.Kebudayaan tertentu diciptakan oleh orang di masyarakat tertentu tersebut atau dihadirkan dan diambil oper oleh masyarakat tersebut dan diwariskan melalui belajar/pengalaman terhadap generasi berikutnya.Kebudayaan seperti halnya sistem sosial di masyarakat meruoakan kondisi esensial bagi perkembangan dan kehidupan orang.
            Proses dan isi pendidikan akan memberi bentuk kepribadian yang tumbuh   
            dan pribadi-pribadi inilah yang akan menjadi pendukung,
            pewaris, dan penerus kebudayaan, secara ringkas adalah:
   (1) kebudayaan menjadi kondisi belajar,
(2)  kebudayaan memiliki daya dorong, daya rangsang adanya respon-
respon tertentu,
(3) kebudayaan memiliki sistem ganjaran dan hukuman terhadap
      perilaku tertentu sejalan dengan sistem nilai yang berlaku, dan
(4) adanya pengulangan pola perilaku tertentu dalam kebudayaan.
Tanpa pendidikan budaya dan manakala pendidikan budaya tersebut terjadi tetapi gagal, yang kita saksikan adalah kematian atau berakhirnya suatu kebudayaan.

4.      Landasan Psikologis
Pendidikan selalu terkait dengan aspek kejiwaan manusia, sehingga pendidikan juga menggunakan landasan psikologis, bahkan menjadi landasan yang sangat penting, karena yang digarap oleh pendidikan hampir selalu berkaitan dengan aspek kejiwaan manusia.Ketika membahas hakikat manusiapun ada pandangan-pandangan psikologik, seperti behaviorisme, humanisme dan psikologi terdapat cukup banyak. Contoh, tipe-tipe manusia yang dikemukakan oleh Eduard Spranger, ia menyebut ada enam tipe manusia, yaitu manusia tipe teori, tipe ekonomi, tipe keindahan ( seni ), tipe sosial, tipe politik dan tipe religius. Model-model belajar juga dikemukakan oleh para psikolog seperti Skinner, Watson, dan Thorndike.Bahwa manusia mempunyai macam-macam kebutuhan dikemukakan misalnya oleh Maslow.Perkembangan peserta didik dengan tugas-tugas perkembangan terkait dengan pola pendidikan.Sifat-sifat kepribadian dengan tipe-tipenya masing-masing, juga terkait dengan pendidikan. Karakteristik jiwa manusia Indonesia bisa jadi berbeda dengan bangsa Amerika ( Barat ), maka pendidikan menggunakan landasan psikologis.


5.      Landasan Ilmiah dan Teknologi serta Seni
Pendidikan dan IPTEKS mempunyai kaitan yang sangat erat, karena IPTEKS merupakan salah satu bagian dari sisi pengajaran, jadi pendidikan sangat penting dalam rangka pewarisan atau tranmisi IPTEKS, sementara pendidikan itu sendiri juga menggunakan IPTEKS sebagai media pendidikan.IPTEKS yang selalu berkembang dengan pesat harus diikuti terus oleh pendidikan, sebab kalau tidak maka pendidikan menjadi sangat ketinggalan dengan IPTEKS yang sudah berkembang di masyarakat. Cara-cara memperoleh dan mengembangkan ilmu (epistemologi ) dibahas dalam pendidikan, hingga pemanfaatan ilmu bagi umat manusia, kaitan ilmu dengan moral, politik, dan sosial menjadi tugas pendidikan.

C.   Pendekatan Kurikulum Subjek Akademis
Model kurikulum ini adalah model yang tertua, sejarah yang pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Sampai sekarang, walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini. Kurikulum subjek akademis bersumber dai pendidikan klasik parenialisme dan esensialisme yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang telah ditemukan oleh pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli, masing-masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis, logis dan solid. Para pengembang kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal memilih bahan materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin ilmu, kemudian mengorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya. Guru sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan penting. Mereka harus menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum. Ia harus menjadi ahli dalam bidang-bidang studi yang diajarkannya. Lebih jauh guru dituntut bukan hanya menguasai materi pendidikan, tetapi ia juga menjadi model bagi para siswanya.[2]
Karena kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat intelektual. Nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi, matematika dan sebagainya. Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan dalam perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa yang dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut.
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran atau mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.[3]
Menurut Sukamadinata, salah satu contoh kurikulum yang berdasarkan struktur ini adalah MACOS, yang merupakan kurikulum sekolah dasar, terdiri atas buku-buku, film, poster, rekaman, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya. Kurikulum ini ditujukan untuk mengadakan penyempurnaan tentang pengajaran ilmu sosial dan humanitas dengan pengarahan dan bimbingan Bruner.[4]
Para pengembang kurikulum mengharapkan anak-anak dapat menggali faktor-faktor penting yang akan menjadikan manusia sebagai manusia. Melalui perbandingan dengan binatang, anak mengetahui keadaan biologis manusia. Dengan membandingkan manusia dari suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya, anak-anak akan mempelajari aspek-aspek universal dari kebudayaan manusia.
Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang di intregasikan. Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi. Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Para ahli akademis terus mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan  konsep dasar dan metode untuk mengamati, hubungan antara sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Pendidikan agama Islam di sekolah meliputi aspek Al-quran/Hadist, keimanan, akhlak, ibadah/muamalah, dan tarih/ sejarah umat Islam. Di madrasah, aspek-aspek tersebut dijadikan sub-sub mata pelajaran PAI meliputi : Al-quran Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlaq, dan sejarah. Kelemahan pendekatan ini adalah kegagalan dalam memberikan perhatian kepada yang lainnya, dan melihat bagaimana isi dan disiplin dapat membawa mereka pada permasalahan kehidupan modern yang kompleks, yang tidak dapat dijawab oleh hanya satu ilmu saja.[5]
Terdapat tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis. Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekedar mengingat-ingatnya. Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat integratif. Pendekatan ini merupakan respons terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu. Pelajaran tersusun atas satuan-satuan pelajaran, dalam satuan-satuan pelajaran tersebut batas-batas ilmu menjadi hilang. Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan atas fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah, dan problema-problema yang ada. ada beberapa ciri model kurikulum yang dikembangkan.
1.      Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan yang dapat terdiri atas ide atau konsep besar yang dapat mencakup semua ilmu atau suatu proses kerja ilmu, fenomena alam, atau masalah sosial yang membutuhkan pemecahan secara ilmiah.
2.      Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu. Kegiatan belajar melibatkan isi dan proses dari satu atau beberapa ilmu sosial atau perilaku yang mempunyai hubungan dengan tema yang dipilih/dikerjakan.
3.      Menyatukan berbagai cara/metode belajar. kegiatan belajar ditekankan pada pengalaman konkrit yang bertolak dari minat dan kebutuhan murid serta disesuaikan dengan keadaan setempat.
Pendekatan ketiga adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasarkan mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis dan memecahkan masalah-masalah matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman, ilmu sosial dan lain-lain  dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam kehidupan.[6]
Jadi pendekatan subjek akademis adalah pendekatan pengembangan kurikulum yang menitiktekankan pada struktur ilmu dan sistematisasinya. Walaupun pendekatan ini mempunyai berbagai cabang pendekatan, namun intinya tetap sama, yaitu mengembangkan kurikulum dengan terlebih dahulu menetapkan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik.


1.      Ciri-Ciri Kurikulum dengan Pendekatan Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis ini adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Dengan berpengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas.[7] Jadi para siswa harus belajar menggunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya. Siswa harus menguasai apa yang sudah ada, yang berupa khasanah ilmu pengetahuan dari berbagai pakar, sebagaimana yang tertuang dari buku.
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum dengan pendekatan subjek akademik adalah metode ekspositori dan inkuiri.[8] Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi siswa sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun dengan sistematis dan diberi ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya dikaji. Dengan metode yang penulis sebutkan di atas, diharapkan siswa akan menjadi lebih mengerti tentang materi dan bisa mengkaji materi juga menemukan solusi atas problematikanya sendiri.
Mengenai isi kurikulum, para siswa rata-rata mempelajari buku-buku standar yang telah terkodifikasi sejak lama, atau bahkan kitab-kitab klasik untuk memperkaya pengetahuan, serta memahami budaya masa lalu dan mengerti keadaan masa kini. Sukamadinata menyebutkan beberapa pola organisasi kurikulum dengan pendekatan subjek akademis:
§  Correlated Curriculum: pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari
            dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
§  Unified atau Concentrated Curriculum: pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai disiplin ilmu.
§  Integrated Curriculum,: tidak adanya warna disiplin ilmu.
§  Problem Solving curriculum; pola organisasi isi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu. 7
Tentang masalah evaluasi, kurikulum dengan pendekatan subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang studi humaniora lebih banyak digunakan bentuk uraian daripada test objektif. Bidang studi tersebut membutuhkan jawaban yang merefleksikan logika, koherensi dan integrasi secara menyeluruh. Bidang studi seni yang sifatnya ekspresi membutuhkan penilaian subjektif yang jujur, di samping standar keindahan dan cita rasa. Lain halnya dengan matematika, nilai tertinggi diberikan bila siswa menguasai landasan aksioma serta cara penghitungannya benar. Dalam ilmu kealaman penghargaan tertinggi bukan hanya diberikan kepada jawaban yang benar tetapi juga pada proses berpikir yang digunakan siswa.8



2.      Aplikasi Pendekatan Subjek Akademis dalam Pengembangan Kurikulum PAI
Pendidikan agama Islm di sekolah meliputi aspek al-Qur'an/hadits, keimanan, akhlak, ibadah/muamalah, dan tarikh/sejarah umat Islam. Di madrasah, aspek-aspek tersebut dijadikan sebagai sub-sub mata pelajaran PAI yang meliputi: mata pelajaran al-Qur'an hadits, fiqih, aqidah akhlak dan sejarah kebudayaan Islam.
Terdapat kedudukan dan hubungan yang erat antara mata pelajaran tersebut, yaitu:  al-Qur'an hadits merupakan sumber utama ajaran Islam dalam arti sumber aqidah, syariah dan akhlak, sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Aqidah atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Syariah dan akhlak bertitik tolak dari aqidah, dalam arti sebagai manifestasi dan konsekuensi dari aqidah. Syariah merupakan sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Dalam hubungannya dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti khas dan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti luas.
Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lainnya itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh. Sedangkan tarikh Islam merupaan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyari'ah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi aqidah.[9]
 Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum PAI dilakukan dengan berdasarkan sistematisasi disiplin ilmu. Misalnya, untuk aspek keimanan atau mata pelajaran aqidah menggunakan sistematisasi ilmu tauhid, aspek/mata pelajaran al-qur'an menggunakan sistematisasi ilmu al-qur'an atau ilmu tafsir, akhlak menggunakan sistematisasi ilmu akhlak, ibadah/syari'ah/muamalah menggunakan sistematisasi ilmu fiqih dan tarikh menggunakan sistematisasi ilmu sejarah Islam. Masing-masing aspek/mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik tersendiri, yang dapat dipergunakan untuk pengembangan disiplin ilmu yang lebih lanjut bagi para peserta didik yang memiliki minat dibidangnya. Namun demikian, dalam pembinaannya harus memperhatikan kaitan antara aspek/mata pelajaran yang satu dengan lainnya.
3.      Aliran pendidikan yang Relevan dengan kurikulum Subjek Akademik

Model konsep kurikulum muncul sebagai implikasi dari adanya berbagai aliran dalam pendidikan, karena kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu :
(1) pendidikan klasik;
(2) pendidikan pribadi;
(3) teori pendidikan interaksional
(4). teknologi pendidikan.6
Pertama aliran pendidikan klasik-tradisional yang melahirkan konsep kurikulum rasionalisasi atau subjek akademis. Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme, Essensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik. Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri.
Kedua, aliran pendidikan pribadi melahirkan konsep kurikulum aktualisasi diri atau humanistik. Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik. Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey – memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,– memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan. Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
Ketiga, aliran pendidikan interaksionis melahirkan konsep kurikulum rekontruksi sosial. Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial. Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk memecahkannya.
Keempat, aliran pendidikan teknologis melahirkoan konsep kurikulum teknologi. Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan. Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik, sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kurikulum subyek akademis bersumber dari konsep pendidikan klasik sensialisme dan perenialisme yang berorietasi pada masa lalu.Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu.Tugas pendidik adalah meneruskan dan memelihara hasil-hasil budaya tersebut.Pendidikan ini mengutamakan isi kurikulum yang terdiri atas disiplin-disiplin ilmu yang sudah tersusun secara sistematis dan solid.Pengajaran lebih bersifat ekspsitori.Model kurikulum ini lebih banyak dipakai karena penyusunannya lebih mudah, tinggal mengambil saja dari berbagai disiplin ilmu yang sesuai.
1)      Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai oleh 
keseimbangan anatara kedaulatan subyek didik dengan kewibawaan 
pendidik.
2)      Pendidikan merupakan usaha penyiapan subyek didik menghadapilingkungan hidup yang engalami perubahan semakin pesat.
3)      Pendidikan mengandung tujuan tertentu, yaitu meingkatkan kualitaskehidupan pribadi masyarakat.
4)      Pendidikan berlangsung seumur hidup untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan melakukan usaha yang sengaja dan terencana dengan memilih materi, strategi kegiatan dan teknikpenilaian yang sesuai.
5)      Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsipilmupengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya. 
6)      Kegiatan tersebut dapat dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah 
yaitu dikeluarga dan masyarakat



                                                                Daftar Isi
Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), 82.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2005), 140.
.Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum..., 83.
.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum…, 142
Siswoyo, Dwi, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta
UU Sikdiknas. 2006. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
UU Guru dan Dosen. 2005. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2007, tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan
Peraturan Menteri Nomor 11 Tahun 2005, tentang Buku Teks Pelajaran
Pidarta, Dr. Made. 2000. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta
Peraturan Menteri No
Mode pidarto, dkk.1991.usaha menemukan konsep-konsep baru tentang ilmu pendidikan, ( HASIL PENELITIAN). Pusat penelitian IKIP surabaya, surabaya



[1]
[2]Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), 82.
[3]Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2005), 140.
[4]Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum..., 83.


4. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi.( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2010) hlm.140

[6]]Ibid., 83-84
[7]Ibid.
[8]Ibid.
[9]Muhaimin, Pengembangan Kurikulum…, 142.

1 komentar:

  1. Las Vegas Casinos - Mapyro
    Casino in 화성 출장샵 Las Vegas: 제주 출장마사지 Yes. The 의왕 출장샵 property 동두천 출장샵 is not showing any gambling license. It is owned by the LAS VEGAS CASINO AND OPERATING PARTY. 김해 출장마사지 View Map

    BalasHapus